Jumat, 23 Desember 2016

al umm wa rabbatul bait

"Kartini tidak pernah mengajarkan tentang feminisme, tapi kartini mengajarkan betapa pentingnya pendidikan tinggi bagi kaum wanita"@triani_21



mengutip dari m.hizbut-tahrir.or.id 28 agustus 2015 dengan sedikit gubahan.
bahwa selama berabad-abad, dunia pendidikan telah terpenjara karena ilmu tidak lagi dikembangkan sebagaimana seharusnya sebuah ilmu. pasca hilangnya peradaban islam, dunia islam nusantara khususnya semakin terjerat dalam penjajahan kolonial barat *dan sekarang timur ikut-ikutan. kesengsaraan dan ketidakadilan yang terjadi akibat neokolonialisme  seharusnya sangat mudah disadari oleh kalangan intelektual muda. mereformasi pemikiran dan identitas Muslimah adalah target utama dalam rencana kolonialis. perempuan adalah pusat keluarga, jantung masyarakat,dan pendidik generasi masa depan. jika mereka bisa menyebabkan muslimah termasuk intelektual muda tidak lagi berharap bahkan menolak syariat islam *hal terkecil saja yaitu menutup aurat sesuai hukum syara' sebagai standar hidupnya bahkan maka mereka bisa menciptakan kader gigih melawan nilai-nilai islam.

 nah, ukhtyfillah ada sedikit kisah mengutip dan sedikit gubahan juga dari ig tausiyahcinta_ yang perlu kita renungkan...

suatu pagi seorang anak gadis berkata pada,
"ibu, ibu selalu terlihat cantik. aku ingin seperti ibu, beri tahu aku caranya."
dengan tatapan lembut dan senyum haru, sang ibu menjawab,
"untuk bibir yang menarik, ucapkanlah perkataan yg baik (dalam suatu hadist diriwayarkan "berkata baik atau diam").
untuk pipi lesung, tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapapun kecuali laki-laki bukan makhrom.
untuk mata yang indah menawan, lihatlah selalu kebaikan orang lain.
untuk tubuh langsing, sisihkan makanan  untuk fakir miskin.
untuk jemari tangan yang lentik menawan hitunglah kebajikan yang telah diperbuat orang kepadamu atau berdzikir selalu.
untuk wajah putih bercahaya, bersihkan kekotoran batin  atau husnudzon selalu...
anakku... jangan lah sombong akan kecantikan fisik, karena itu akan pudar oleh waktu. kecantikan perilaku tidak akan pudar oleh kematian."  

oiya sy nyari arti secara lengkap digoogle "al umm wa rabbatul bait" nggak nemu yaudalah sy jelaskan disini saja arti lengkapnya sepemahaman sy ngaji di BDM UM setahun lebih dan sedikit di hizb. itu kurangnya begini karena kelebihan hanyalah milik Allah Subhanallahu wata'ala.

al umm wa rabbatul bait

gelar mulia yang hanya dimiliki oleh kaum perempuan, kenapa hanya perempuan? karena karena perempuanlah lah yang mampu melahirkan generasi dan mendidik peradaban. perempuanlah sekolah pertama bagi anak, yang mengajarkan anak segala-galanya sejak dini. saya akhiri dengan mengutip dari postingan mbdm 22 desember kemarin
Mungkin sudah menjadi opini umum bahwa setiap tanggal 22 Dec senantiasa diperingati sebagai hari Ibu di Indonesia. Hari Ibu sendiri didefinisikan sebagai hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang Ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Bentuk peringatan dan perayaannya biasanya dilakukan dengan membebas tugaskan Ibu dari tugas rumah tangga yang sehari-hari dianggap sebagai kewajibannya.
Lantas muncul pertanyaan, iyakah kita sebagai seorang muslim mengistimewakan Ibu hanya dalam tanggal 22 Dec saja?
Padahal Islam, tidaklah mengenal hari tertentu, Islam mewajibkan setiap anak selalu mengistimewakan seorang Ibu. Mungkin kita tidak pernah menyadari, begitu banyak yang telah dilakukan seorang Ibu. Ibu mengandung kita selama kurang lebih 9 bulan 10 hari, berjuang melawan rasa sakit ketika melahirkan, mengesampingkan waktu istirahatnya untuk menyusui, juga merawat ketika kita sehat apalagi saat sakit, dan banyak lagi hal lainnya yang mustahil dapat kita hitung dan kita balas seluruh pengorbanannya.
“Seandainya kita diberi kemampuan membayar setiap tetes ASI, tidak akan ada seorang pun yang dapat melunasi jasa Ibu seumur hidup kita”, begitulah Sabda Rosululloh.
Begitu mulianya seorang Ibu juga digambarkan Rasulullah dalam sebauh hadits, kala itu ada "pertanyaan dari seorang sahabat. "Ya Rasul, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini." Rasul menjawab, "Ibumu." Kemudian dia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab, "Ibumu." "Kemudian siapa lagi, ya Rasul," tanya orang itu. "Rasul menjawab, "Ibumu." Lalu, laki-laki itu bertanya lagi; "Kemudian, setelah itu siapa, ya Rasul?" "Ayahmu," jawab Rasulullah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar